Majikan Bukanlah Seorang Pemimpin

Batman merupakan salah satu karakter super hero terbesar di dunia. Siapa yang tidak kenal batman? Mulai dari seorang anak milyader di tengah kota New York sampai anak pengembala kuda di pedalaman Mongolia, semuanya tahu siapa itu batman, minimal pernah melihat gambarnya. Tapi yang akan kita bicarakan disini bukanlah bagaiman cara batman menumpas kejahatan, melainkan sosok after ego dari Batman sendiri. Sosok seorang Bruce Wayne. Kita semua paham jika Bruce Wayne adalah seseorang butler setia bernama Alfred Pennyworth. Seorang pria Inggris tua yang telah lama mengabdi pada keluarga Wayne. Jauh sebelum kedua orangtua Bruce Wayne tewas pada malam naas itu.

Tetapi posisi Alfred sebagai pelayan menjadu unik karena Wayne tidak memperlakukan ia sebagai pelayan. Wayne lebih memosisikan Alfred sebagai partnernya, baik sebagai Bruce Wayne maupun sebagai Batman. Wayne menganggap Alfred sebagai orangtua penggantidan penasihat pribadi nya. Keduanya memiliki hubungan seperti layaknya bapak dan anak. Hasilnya, Wayne mendapatkan pengabdian total dari seorang Alfred. Bahkan bisa saja yang menjadi pahlawan dkota Gotham itu sebenarnya bukan batman melainkan Alfred Pennyworth.

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, kita bisa belajar banyak dari seorang Bruce Wayne. Tentang bagaimana caranya memperlakukan seseorang pelayan seperti Alfred. Sudah bukan barang yang asing lagi jika kita menemukan pemimpin yang menerapkan prinsip vertikal terhadap bawahannya. Pemimpin tersebut menganggap orang-orang yang dipimpinnya mempunyai derajat yang lebih rendah sehingga ia merasa layakuntuk memperlakukan orang lain secara semena-mena. Tipe pemimpin seperti ini lebih tepat jika disebut sebagai majikan karena pendekatan yang ia gunakan dengan memerintah. Coba bayangkan jika kamu diperintah dengan cara yang tidak enak, apakah anda mau menuruti ? Mungkin anda tetap tapi pasti dengan dongkol bukan? Tetapi jika seorang pemimpin melakukan pendekatan secara horizontal, memperlakukan bawahannya sebagai partner kerja, maka peluang untuk mendapatkan loyalitas akan lebih tinggi, lagipula setiap pemimpin pasti memulai perjalanan dari bawah, menjadi "anak buah" dulu.

Sehingga seorang pemimpin pasti akan memahimi suka-dukanya menjadi anak buah. Tetapi manusa memang makhluk yang unik, banyak pemimpin secara off air mengatakan bahwa mereka ingin melampiaskan sakit hati ketika dulu menjadi anak buah. Hmmm, Sepertinya kita memang butuh Batman untuk memberi pelajaran pada pemimpin seperti ini.
















Dikutip dari The Art Of Leadership

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran Dan Komentar anda Sangat kami Hargai
Namun Komentar Yang Bernada Sumbang !..
Kami Anggap Sebagai Spam.. Harap Maklum